Perjuangan Hidup Disabilitas Daksa yang Berakhir pada Sebuah Kesuksesan

Sepenggal cerita Hidup saya barangkali menginspirasi teman-teman. 

Saya penyandang disabilitas daksa (kaki pengkor, kedua kaki) saat ini saya sedang menempuh pendidikan S2 jurusan teknik kimia di UGM.
\
Perjuangan Hidup Disabilitas Daksa yang Berakhir pada Sebuah Kesuksesan
Sumber gambar: digination.id
Kalau lihat ujung perjalanan saya saat ini mungkin teman-teman merasa kok gampang ya?? 

Butuh waktu 10 tahun untuk saya bisa merasakan bangku kuliah kembali. Perjuangan yang saya lakukan pun bisa dibilang sampai titik darah penghabisan. Rezeki kita tidak ada yang tahu selama kita masih semangat untuk berusaha. 

Di mulai saya yang saat itu masuk sekolah dasar.. 

Bullyan dari orang-orang sepanjang saya sekolah terkadang masih teringat tapi saya gak pernah menyerah. 

Dalam hati saya bilang "suatu saat saya harus lebih dari orang orang yang menghina saya ini". 

Semangat ini selalu saya terapkan. Disaat saya dibully itu jadi semacam pematik semangat saya.

Saya sempat berhenti sekolah selama 2 tahun karena operasi kaki. Dan ternyata operasi itu mengalami kegagalan.. apa saya menyerah?? Tidak.. Saya tetap minta orangtua saya mengantarkan saya kembali ke sekolah. 

Saya juga terpaksa harus tinggal kelas. Kembali mengulang di kelas yang dulu saya tinggalkan sebelum Operasi. Bullyan masih terus berlanjut karena saya harus sekolah memakai kursi roda.

Masuk SMP bullyan fisik sedikit berkurang. Tapi berpindah dengan pandangan mengejek karena orangtua saya tidak punya. Saat itu saya masuk sekolah paling favourite di daerah tempat saya tinggal.

Masuk SMA pun karena semangat saya. Alhamdulillah tidak ada hambatan. Ejekan pun sudah tidak ada dari teman teman saya disekolah.

Masuk dunia perkuliahan.. Ini terberat karena waktu itu orangtua cuma bisa membiayai SPP kuliah tapi untuk biaya kehidupan sehari-hari harus saya yang menanggung. Saya setiap Mabtu s.d Minggu mengajar private di dekat rumah saya. Ini untuk biaya hidup sehari hari.

Selama kuliah saya terus belajar berharap bisa melebihi orang yang mengejek saya dulu. Alhamdulillah waktu semester 5 saya mendapat beasiswa untuk pembayaran kuliah.

Masuk dunia kerja ini perjuangan sesungguhnya.. 

Diawal lulus kuliah saya masuk di perusahaan swasta. Itu bertahan selama 6 bulan karena pekerjaannya berat dan adanya kesenjangan sosial antara atasan dan bawahan.

Lanjut melamar pekerjaan kedua. Saya masuk kerja di perusahaan sebagai buruh pabrik. 

Di sela-sela bekerja saya mulai belajar bahasa Inggris ikut les untuk bisa ikut program beasiswa baik di dalam maupun luar negeri, tapi perjuangan saya saat itu terputus karena adik saya meninggal. 

Saya harus mengurus ibu saya yang saat itu syok karena anaknya meninggal dengan tiba tiba. Terpaksa harapan untuk mendaftar beasiswa saya simpan.

Pernah juga saya mendaftar CPNS ternyata gagal hanya karena saya Disabilitas.

Saat itu belum ada jalur khusus untuk disabilitas. Sempat terpuruk merasa klo saya gak ada guna nya karena selama 2 tahun saya mencari pekerjaan tidak pernah ada yang lolos..

Apa saya menyerah?? Tidak.. saya terus berusaha.. sambil mengajar private untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan membantu usaha orangtua dengan berjualan nasi uduk di pinggir jalan.

Ejekan datang dari tetangga yang bilang "S1 kok jualan nasi uduk" awalnya malu tapi saya jalanin karena keluarga butuh uang untuk biaya adik saya kuliah. 

Alhamdulillah ternyata dengan jualan nasi uduk ini mengantarkan adik saya bisa lulus S1.

Setelah perjuangan jatuh bangun.. Alhamdulillah pertama kalinya di 2016 saya dapat beasiswa pelatihan singkat di Australia.

Tahun 2017 saya mendapatkan beasiswa pelatihan bahasa Inggris di Lombok untuk penyandang Disabilitas, setelahnya apa saya sudah hidup enak?? Belum ternyata. Saya harus berusaha kembali untuk mendapatkan pekerjaan.

Saya melamar menjadi guru honorer. Saat itu gaji pertama yang saya dapat 350rb per bulan. Apa cukup untuk kehidupan sehari hari?? Jauh dari kata cukup. 

Alhamdulillah adik saya sedikit membantu keperluan sehari-hari saya. Saya selalu datang lebih pagi dari jadwal mengajar dan selalu mengajar dengan semangat setelah tahun berikutnya saya di amanahi mengajar mata pelajaran lainnya dan menjadi walikelas.. dari saya perjuangan saya untuk bisa kembali kuliah pun masih berlanjut.

Saya mendaftar beasiswa ke Australia selama 2 tahun tapi selalu gagal akhirnya di perjuangan terakhir saya mendapat beasiswa S2 untuk dalam negeri, dan terpaksa pula saya harus resign dari tempat mengajar. Apakah berat? Tentu berat karena saya harus berpisah dengan murid-murid saya, yang sudah saya anggap seperti anak sendiri.

Dan saat ini.. Saya sudah mulai kuliah di UGM. Apa perjuangan saya berhenti? Tidak saya harus berjuang lagi belajar dengan mata kuliah lanjutan yang mata kuliah dasar nya sudah saya tinggalkan selama 9 tahun.

Intinya.. jika kita melihat proses seseorang uang sukses, itu butuh perjuangan yang mungkin orang lain tidak tahu. 

Memilih pekerjaan ataupun karir yang lain memang harus sepenuh hati dikerjakan. Siapa tahu rezeki kita akan datang di saat yang tak terduga dengan kita yang selalu semangat mengerjakan sesuatu. Walaupun diawalnya kita butuh perjuangan lebih.

Ditulis oleh: 
Sutinah, ST, Disabilitas Daksa
Mahasiswa UGM, Program S2 Teknik Kimia

*Tulisan ini diambil dari grup Facebook Komunitas Difabel Bangkit dan sudah mendapatkan izin dari penulis.

Post a Comment for "Perjuangan Hidup Disabilitas Daksa yang Berakhir pada Sebuah Kesuksesan"