Pembelajaran Matematika untuk Anak Autis

Tulisan ini adalah review dari sebuah artikel yang berjudul "Student with special needs and mathematics learning: A case study of an autistic student" yang ditulis oleh Sabaruddin, Rosnidar Manso, Irfan Rusmar, dan Fadila Husna.

Pembelajaran Matematika untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Sumber gambar: thoughtco.com

Artikel menjelaskan bahwa pembekalan matematika bagi siswa autis belum mendapat perhatian khusus. Faktanya, banyak anak autis yang memiliki kemampuan matematika yang baik dan bahkan ada yang sangat baik. Ini memaksa guru untuk merumuskan dan menciptakan strategi yang efektif untuk mengajar siswa autis. 

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku guru dan cara mengajar siswa autis secara efektif. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian studi kasus kualitatif. Ini melibatkan guru matematika, asisten guru, siswa, dan orang tua. 

Sikap dan perilaku siswa autis selama pembelajaran matematika diselidiki. Termasuk di dalamnya pemeriksaan faktor pendukung dan penghambat pembelajaran matematika di sekolah untuk siswa berkebutuhan khusus/SLB. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika bagi siswa autis yang dilakukan pada pendidikan inklusi berbeda dengan program pendidikan reguler, dimana guru dituntut untuk menyesuaikan materi dengan kondisi psikologis siswa. Ini juga mengungkapkan bahwa siswa memiliki masalah fokus; Oleh karena itu, materi lebih banyak disampaikan di luar RPP, terutama untuk memperkenalkan materi dasar. 

Faktor pendukung tersebut antara lain motivasi orang tua terhadap siswa untuk belajar dan berperilaku tepat dan paket pembelajaran yang dirancang dengan baik. Sementara itu, keterbatasan media pembelajaran dan fasilitas sekolah, serta tidak adanya guru khusus bagi siswa autis menjadi faktor penghambat pembelajaran matematika. 

Sampel Jawaban Siswa menyatakan bahwa kemampuan siswa autis dalam menyelesaikan masalah relatif lebih rendah dibandingkan dengan anak seusia. Karena subjek penelitian diajukan pertanyaan yang berbeda dengan contoh, ia menghadapi kesulitan dalam menyelesaikannya dan lebih suka mengabaikannya. 

Biasanya siswa akan dengan mudah menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan kegiatan rutin seperti jam berapa mereka bangun pagi, berangkat ke sekolah, istirahat, dan pulang. Hal ini menyiratkan bahwa akan lebih mudah bagi mereka untuk memahami konsep matematika dengan menghubungkannya dengan kebiasaan dan aktivitas sehari-hari. 

Hal tersebut ditegaskan kembali dengan kegiatan terapi yang menuntut siswa untuk melakukan banyak tindakan berulang, seperti mengulang kata, menulis angka, menjumlahkan benda, menyebutkan nama teman, dan menanyakan sesuatu. Menurut Andersa (2011), konsentrasi siswa autis dapat ditingkatkan dengan berbagai teknik. Selain lembaga atau sekolah khusus, terapi di rumah dianggap perlu.

Untuk lebih jelasnya, sobat dapat membaca langsung artikel tersebut pada link di bawah ini:


Semoga bermanfaat.

Post a Comment for "Pembelajaran Matematika untuk Anak Autis"