Difabel menikah, kok anda KHAWATIR?

MENIKAH

Difabel kok menikah, ngurus diri sendiri saja susah kok mau ngurus anak istri.

Gimana nanti kalau anakmu sakit, gimana kalau nanti istrimu akan melahirkan, gimana kamu ngurusnya.

Belum lagi kalau genteng rumah kamu bocor, bagaimana kamu bisa memperbaikinya?

Begitulah kira-kira tanggapan beberapa orang ketika saya mau menikah. Saya memaklumi kekuatiran mereka karena pengalaman pribadi mereka berumah tangga dijadikan patokan. Sehingga mereka memandang saya dengan kondisi difabel ini akan mengalami banyak hambatan dalam menjalani rumah tangga dan cenderung merepotkan pasangan. Karena mereka berasumsi saya akan sangat tergantung pada istri dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Pasangan hidup itu memang rahasia Tuhan dan jalan untuk menemukannya cukup banyak jalannya. Ada yang mudah dan indah bertabur bunga, namun tak sedikit yang berliku, terjal, dan berbatu tajam. dalam menemukan pasangan hidup bagi seorang difabel kuncinya jangan mudah baper. Jangan selalu menghubungkan penolakan dan kegagalan dengan kondisi disabilitas kita. Berfikir yang rasional. Banyak orang bukan disabilitas yang ditolak dan gagal dalam merajut cinta. Bahkan tak sedikit dari mereka yang putus asa karena cinta dan memilih mengakiri hidupnya, tragis.


DIFABEL MENIKAH, KOK KHAWATIR?

Saya ini meyakini prinsip " Jodoh itu di tangan Tuhan, kalau tidak kita ambil ya tetap di tangan Tuhan, kalau kelamaan gak diambil akan dikasihkan pada orang lain". Dengan prinsip itu saya berkelana ke berbagai kota hingga ke Eropa untuk menenukan pasangan hidup. Alhamdulillah, perjalanan saya menemukan pasangan hidup tak sia - sia, eh ternyata di kota saya tinggal, Kediri, Tuhan menyembunyikan pasangan hidup saya.
Akhirnya kami berdua berkomitmen menjalani hidup bersama, saling mendukung, saling mencintai dan mengasihi.

Alhamdulillaah, tak terasa kebersamaan itu kini sudah berlangsung 11 tahun. Menjalani kebersamaan dalam menjaga komitmen memang ditaburi bermacam tantangan. Our relationships are like the relationship of Tom and Jerry. Though they are teasing and fighting, but can’t live without each other.

DIFABEL MENIKAH, KOK KHAWATIR?

Ternyata setelah dijalani merawat komitmen rumah tangga yang kami jalani tak berbeda dengan rumah tangga yang dijalani oleh mereka yang bukan disabilitas. Berbagi peran melakukan pekerjaan domestik rumah tangga, berbagi merawat dan mendampingi belajar si kecil, dan berbagi tugas yang lainnya sering kami lakukan. Seringkali di dalam rumah saya tidak merasa sebagai seorang difabel, karena anak dan istri memperlakukan saya sebagai istri dan ayah yang bukan difabel.

Saya senantiasa mensyukuri hidup yang sekarang saya jalani, jika bangun pagi kulihat anak dan isteri sehat, mereka ceria dan tertawa bagi saya itu sudah cukup untuk senantiasa mengucap Alhamdulillaah.


DIFABEL MENIKAH, KOK KHAWATIR?

Sebuah berkah yang berkelimpahan.

Alhamdulillaahi fii kulli lamhatin wa nafasin biadadi kulli ma'lumilak

2009 - 2020

(Tulisan dikutip dari dinding Facebook Cak Fu (Bahrul Fuad)

Post a Comment for "Difabel menikah, kok anda KHAWATIR?"