New Normal VS Disabilitas

NEW NORMAL

(ENGKAU MASIH SEPERTI YANG DULU) 


by: Cak Fu (Bahrul Fuad)

Sejak pemerintah mengumandangkan seruan menyongsong KEHIDUPAN NEW NORMAL, hati saya penuh rasa riang gembira.

Bagi saya dan mungkin juga bagi teman-teman disabilitas yang selama ini dipandang sebagai MANUSIA TIDAK NORMAL, ada harapan dalam Era Kenormalan Baru ini saya dan teman - teman disabilitas lain tidak lagi dipandang sebagai Manusia Tidak Normal. Harapan saya minimal ada perubahan cara pandang masyarakat terhadap disabilitas, kami dipandang sebagai manusia seutuhnya, diterima sebagai anggota masyarakat sebagaimana masyarakat yang lainnya. Mendapat ruang untuk berinteraksi dan berkontribusi secara wajar dan setara dalam pembangunan bangsa.



NEW NORMAL VS DISABILITAS

Jadi di Era NEW NORMAL ini harapan saya tidak ada satu orangpun yang menyebut atau minimal menganggap kami yang disabilitas ini sebagai Individu TIDAK NORMAL.

Ternyata "Jleketek" (istilah Jawa Timuran) yang dinamakan NEW NORMAL itu hanya sekedar kalau keluar rumah pakai masker, kalau mau makan - minum cuci tangan, dan jaga jarak. Ya kalau itu mah dari dulu udah pernah kita lakukan, kalau lagi flu saya biasa pakai masker, orang tua saya ngajari sejak kami kecil kalau mau makan cuci tangan dulu, mau tidur cuci kali dan cuci muka. Bagi saya kalau New Normal hanya sekedar itu, terlalu mahal ongkosnya.

Hampir 4 bulan kita terkunci di rumah, semestinya kita manfaatkan untuk melakukan refleksi dan instropeksi; mengevaluasi kesalahan yang terjadi sebelum masa Pandemi COVID-19 ini dan kemudian diperbaikinya. Sehingga ketika digaungkan Era NEW NORMAL, bangsa kita ini tampil dengan wajah baru. Wajah yang penuh kearifan dan kebijaksanaan dalam memandang perbedaan dan keragaman.

Faktanya TIDAK, kita ngendon hampir 4 bulan kerja dari rumah, jaringan internet overload, frekwensi nyinyir di media sosial juga semakin intens bukan hanya dilakukan oleh rakyat jelata,namun juga para petinggi dan orang-orang yang konon pernah bersekolah. Kebencian pada mereka yang berbeda juga gak beda dengan sebelum dan sesudah CORONA. Bahkan beberapa data menunjukan meningkatnya angka kasus kekerasan termasuk kasus kekerasan terhadap perempuan.

Apakah memang kita ini bangsa yang NDABLEG, susah dikasih tahu. Sudah dikasih waktu jeda hampir enam bulan oleh TUHAN, untuk berinstropeksi memperbaiki diri dan tatanan kehidupan, eh..tidak digunakan dengan baik. Setelah Era NEW NORMAL dibuka malah pada merasa bebas berbuat seperti beberapa kasus pengambilan paksa jenazah dari Rumah Sakit dengan bringas. Saya sungguh tidak melihat itu sebagai budaya luhur yang diwariskan pendahulu kita tentang bagaimana bermusyawarah, berdialog, dan termasuk bagaimana memperlakukan jenazah dengan cara yang baik.

Termasuk salah satunya dengan pengusiran Sekolah Khusus untuk adik-adik disabilitas yang dilakukan oleh warga di Desa Yosowilangun - Manyar - Gresik. Terusterang, saya sudah tidak mampu lagi memasukan ini dalam logika akal sehat saya. Apa alasan logis mereka melakukan pengusiran? saya bingung.

Saya yakin masyarakat kita ini sangat religius, buktinya acara ceramah keagamaan marak dimana mana; di TV, di internet, di forum - forum kajian keagamaan pasti di penuhi jama'ah. Masjid berjubel, gereja membludak, klenteng,pura, wihara gak pernah sepi. Jadi saya yakin ajaran agama itu sudah mendarah daging buat masyarakat kita. Jangankan untuk urusan yang njimet seperti politik, keuangan, lha wong soal gosok gigi saja diatur agama, kurang religius apa kita ini.

Tapi kalau soal kemanusiaan, nanti dulu sepertinya. Menurut pandangan saya praktek relasi kemanusiaan kita sering kontradiktif dengan nilai - nilai ajaran kemanusiaan yang diajarkan agama. Sederhananya nilai kemanusiaan yang diajarkan dalam agama seringkali kita abaikan.

Buktinya, sebagian dari kita masih banyak yang gagal memahami Logika Sederhana seperti contoh di bawah ini.

Jika kita orang yang beriman (percaya) bahwa Tuhan adalah Dzat yang Maha Sempurna, maka apapun yang diciptakan Tuhan sempurna adanya. Mustahil bagi Yang Maha Sempurna menciptakan sesuatu yang TIDAK SEMPURNA.

Jika kita masih menganggap ada mahluk Tuhan yang TIDAK SEMPURNA, artinya kita sedang MEMBATALKAN iman kita sendiri tentang sifat KEMAHASEMPURNAAN TUHAN. Menurut saya ini soal yang fatal, meyakini Tuhan sebagai Dzat Yang tidak sempurna, sama artinya kita meyakini Tuhan pernah salah, Tuhan pernah keliru, atau Tuhan pernah lupa. Padahal semua itu sifat mustahil yang dimiliki Tuhan.



Anak yang terlahir dengan disabilitas adalah anak yang lahir atas Kehendak Penuh Tuhan. Saya dulu lahir dengan disabilitas dan mungkin juga teman-teman disabilitas lain tidak pernah diajak diskusi lebih dulu oleh Tuhan. Ya..tahu tahunya saya lahir sebagai disabilitas, orang tua saya mau gak mau harus menerima kenyataan bahwa anak pertamanya lahir dengan disabilitas. Shock? tentu...tapi sebagai orang beragama dengan kultur Jawa pedesaan bianya ya "Pasrah ning Gusti Allah, wis dadi kersane sing Ngecet Lombok". Maka anak yang diterimannya ini dirawat, dibesarkan, dan didik sebagai amanat "Soko Sing Garisne Urip". Tentu tak mudah membesarkan anak dengan disabilitas, penuh tantangannya.

Setelah amanat dijalankan dengan baik, kini orang tua saya bisa melihat hasilnya. Saya hidup mandiri, bekerja, dan berkeluarga sebagaimana yang orang yang lainnya.

Saya beriman bahwa ketika Tuhan menciptakan mahluk Nya, maka Dia akan mencipta dengan keseluruhan Sifat Kesempurnaan Nya. Tidak ada yang terlewat dari Nya.

KESEMPURNAAN Tuhan ada pada sesuatu yang kita pandang TIDAK SEMPURNA. Pada apa yang kita pandang sebagai TIDAK SEMPURNA di situ KESEMPURNAAN Tuhan bersemayam. Karena apapun yang ada di Dunia ini adalah Citra dari Tuhan.

Ketika anda mengusir, mencaci, dan mendholimi sesama manusia, sesungguhnya anda sedang mengusir, mencaci, dan mendholimi Tuhan.

Mari kita nikmati keindahan Tuhan pada apa saja yang dicipta Nya, termasuk pada yang selama ini kita pandang sebagai Sesuatu YANG TIDAK SEMPURNA.


Semoga kita menjadi manusia yang selalu dekat dengan Tuhan karena selalu mencintai dan menghormati ciptaanNya.

Salam Ta'dzim

Cak Fu

Tulisan ini dikutib dari Facebook Bahrul Fuad Tanggal 17/08/2020

Post a Comment for "New Normal VS Disabilitas"