Pengertian Tunarungu (Hambatan Pendengaran), Klasifikasi, dan Karakteristiknya.

Beberapa hari lalu, kita telah mempelajari Pengenalan Anak Berkebutuhan Khusus: Hambatan Penglihatan (Tunanetra)-Visual Impairment. Nah, kali ini kita akan mempelajari terkait Anak dengan Hambatan Pendengaram (Tunarungu)-Hearing Impairment. Yuk kita simak!

Istilah masalah pendengaran sering digunakan akan tetapi salah dalam pemahaman, dan kadangkala ia digunakan dengan tidak sesuai untuk menggambarkan berbagai macam kehilangan pendengaran (Gargiulo & Metcalf, 2017).
Gambar diambil dari google image 
Tunarungu didefinisikan merujuk kepada orang-orang yang indera pendengarannya tidak berfungsi untuk kehidupan sehari-hari. Masalah pendengaran yang sangat parah menunjukkan anak tersebut sangat perlu dalam memproses informasi linguistik melalui pendengaran, dengan atau tanpa amplifikasi, yang akan berakibat terhadap prestasi pendidikan anak. Masalah pendengaran menghalangi proses informasi awam melalui audisi (tindakan atau pendengaran), dengan atau tanpa alat bantu dengar (Kuder, 2013). 

Gargiulo & Metcalf (2017) dalam bukunya menjelaskan bahwa anak dengan gangguan pendengaran diklasifikasikan kepada dua kategori berdasarkan penyebabnya yaitu kehilangan pendengaran konduktif (conductive hearing loss) dan kehilangan pendengaran sensorineutral (sensorineural hearing loss). 

Kehilangan pendengaran konduktif disebabkan oleh penyumbatan atau penghalang kepada penghantaran bunyi melalui telinga luar atau tengah. Akibatnya, bunyi seringkali lembut atau dilemahkan dalam beberapa cara untuk pendengar tetapi dapat didengar dengan jelas apabila bersuara cukup kuat.


Pengenalan Anak Berkebutuhan Khusus: Masalah Pendengaram (Tunarungu) - Hearing Impairment
Gambar diambil dari google image
Kehilangan pendengaran sensorineural biasanya disebabkan oleh gangguan pada telinga bagian dalam (cochlea), saraf pendengaran yang mentransmisikan impuls ke otak, atau keduanya. Jenis gangguan pendengaran ini biasanya mencakup tidak hanya hilangnya sensitivitas pendengaran namun juga penyimpangan dan kurangnya kejelasan suara yang didengar. 

Owens, Richerson, Beilstein, Murphy & Vancouver (2005) dan Buethe, Vohr & Herer (2013) mengklasifikasikan tingkat masalah pendengaran sebagai berikut:

a) Ringan (mild) kehilangan 26-40 dB.

b) Sedang (moderate) kehilangan 41-55dB.

c) Sedang ke parah (moderate to severe) kehilangan 56-70dB.

d) Parah (severe) kehilangan 71-90 dB.

e) Sangat parah (profound) kehilangan 91 dB dan lebih tinggi.

Anak yang biasanya diklasifikasikan sebagai tunarungu jika mereka kehilangan pendengaran melebihi 70dB. Karakteristi anak dengan masalah pendengan adalah sebagai berikut:

a) Elamun atau sering lalai.

b) Berbicara nampak seperti di paksa.

c) Kosa kata terbatas.

d) Nampak agak lamban dan senatiasa letih.

e) Sering berbalik (memalingkan kepala).

f) Sering manarik nafas melalui mulut.

g) Kesulitan mengikuti perintah atau petunjuk verbal.

h) Tidak responsif terhadap suara lingkungan.

i) Sering meneluhkan sakit telinga atau suara dering di telinga.

j) Infeksi telinga yang berulang.

k) Respon yang tidak tepat terhadap pertanyaan lisan.

l) Sering manarik-narik telinga.

m) Menyetel volume yang berlebihan saat mendengarkan perangkat audio (televisi, radio, dan musik).

n) Menirukan tindakan/ gerakan teman sebaya dan kelas.

o) Sering meminta untuk mengulang informasi lisan.

p) Kesulitan mendengar pembicaraan lewat telepon.



Ingin mencari rujukan terbaru terkait pendidikan khusus dan pendidikan inklusif, maka ingat www.suryadisabilitas.com ya sobat.

Referensi:

Buethe, P., Vohr, B., & Herer, G. (2013). Hearing and deafness. Children with disabilities, 141-168.
Gargiulo, R. M., & Metcalf, D. (2017). Teaching in today’s inclusive classrooms: A universal design for learning approach. Nelson Education.
Owens, J. S., Richerson, L., Beilstein, E. A., Crane, A., Murphy, C. E., & Vancouver, J. B. (2005). School-based mental health programming for children with inattentive and disruptive behavior problems: First-year treatment outcome. Journal of Attention Disorders9(1), 261-274.

Post a Comment for "Pengertian Tunarungu (Hambatan Pendengaran), Klasifikasi, dan Karakteristiknya. "