Spiritual Parenting

Spiritual Parenting
Sumber gambar: iluminasi.com

Banyak orang tua menginginkan anaknya memiliki bening hati. Mudah diseru pada kebaikan dan taat pada nasehat orang tua.

Pertanyaannya: apakah orang tua telah menjadi orang tua spiritual?

Mata, telinga, fikiran dan hati ananda akan merekam setiap teladan orang tua. Ibarat cermin, anak-anak menjadi cermin kejujuran. Oleh karenanya, menjadi orang tua yang spiritul adalah keniscayaan. Setelahnya atau sambil berproses bersama, kita bangun rumah sebagai rumah spiritual.

Baca juga: Doa Seorang Istri

Berikut tips 10 prinsip spiritual parenting untuk merawat dan mengasah sukma anak-anak, yang saya modifikasi dari buku karya Mimi Doe dan Marsha Walch.

1. Memahami bahwa Allah selalu memperhatikan kita

Telah saya ceritakan tentang Sahal bin Abdullah dan pesan spiritual pamannya: ”Allah bersamaku, Allah menjagaku, Allah memperhatikan aku.” Tanamkan pada anak agar selalu diyakininya. Kata-kata ajaib ini akan menumbuhkan keberanian, keteguhan, keshabaran dan kejujuran serta konsistensi atau istiqomah.

2. Meyakini kehidupan dunia berlanjut dalam kehidupan akhirat

Ajaklah anak mencerna sebab akibat dari fenomena alam. Yang demikian juga berlaku untuk perbuatan manusia. Setiap kebaikan akan berbuah kebaikan, maka ajaklah anak berbuat kebaikan setiap hari, sekalipun sesuatu yang kecil. Biasakan anak untuk mudah memberi ma’af kepada yang bersalah. Ajaklah untuk bersyiar menggunakan kata-kata positif dan menghargai kebaikan orang lain.

3. Mendengarkan anak anda

Mendengarkan adalah pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan tersendiri. Mendengarkan dengan empati, mampu membangkitkan banyak hal yang penting seperti: menyayangi, memperhatikan, peduli, menyemangati, menghibur, lebih membuka diri, merasa diakui dan dihargai.

Baca juga: Garis Ketentuan ALLAH

Mendengarkan suara kemurnian jiwa anak akan membuat kita memperoleh banyak celah untuk mengajari anak tentang filosofi kehidupan. Dari mana kita, akan ke mana, untuk apa kita hidup, siapa itu Tuhan, apa itu kasih sayang, kesetiaan, pengorbanan kesedihan dsb. Anak sering menampilkan perasaan dan pemahaman tentang hal-hal tersebut tanpa mengetahui nama dan ma’nanya.

Sediakan waktu khusus setiap harinya atau dua hari sekali untuk mendengarkan anak-anak. Misal percakapan di atas bantal, setiap malam sebelum tidur yang anda lakukan berdua di keheningan malam. Atau selepas sholat shubuh dan sholat maghrib. 

Baca juga: Menjadi Pemimpin Permadani Bangsa

Anak akan merasa bahwa orang tua selalu punya waktu untuk mendengarkan. Disamping anda memanfaatkan saat beraktivitas bersama untuk juga mendengarkan, seperti dalam perjalanan, menanti bus, saat makan, saat memandikan dsb.

4. Kata-kata itu penting, gunakan dengan hati-hati

Tentang kekuatan kata-kata ini saya akan membahas lebih panjang pada kesempatan lain.

5. Izinkan serta doronglah impian, keinginan dan harapan

Anak-anak memiliki berbagai keinginan, kadang cepat berubah dari waktu ke waktu. Ketika muncul harapan, keinginan dan impian tentang kebaikan, segeralah memberi dukungan dan mengabadikannya. 


Ketika usia 7 tahun, anak saya membicarakan tentang hidup sesudah mati. Percakapan ini membuat ia berjanji untuk selalu berbuat baik dan rajin beribadah. Saya memintanya untuk menuliskan niat tersebut, dan membacakannya untuknya saat dia lalai.

6. Beri sentuhan keajaiban pada hal-hal biasa

Aktivitas harian dapat menjadi istimewa jika kita ‘sedikit menatanya’. Misal ketika anak sulit mandi, ajaklah untuk menerangi kamar mandi dengan cahaya lilin. Mandi dengan diterangi cahaya lilin membuat suasana lebih indah. 

Ketika anak bangun tidur, berilah kejutan dengan segelas susu hangat kesukaanya dan sapalah dengan kata-kata istimewa. “Alhamdulillah, pahlawan sudah bangun. Ayo minum susu dan bersiap menumpas kejahatan!”

Sediakan kotak khusus yang anda isi sesuatu, sebagai kejutan pulang sekolah. Mungkin secarik memo ungkapan sayang yang indah atau sepotong kue coklat .

Saya menyebut acara keramas sebagai ‘perawatan rambut’. Sejenak saya menjadi kapster salon, mengeramasi, memasage, mengeringkan, menyisir dan menata rambut anak. Anak gadis saya suka sekali dengan acara ‘perawatan rambut’, sekalipun saya melakukannya setiap hari. Acara keramas menjadi istimewa dan mudah.

7. Antara keteraturan, kelenturan dan keluwesan

Kita harus merancang struktur keluarga dengan pemikiran serius seperti membangun rumah yang kuat, indah dan layak huni, serta tidak secara sembarangan, seakan mendirikan tenda hanya untuk semalam. Tiang-tiang penyangga keluarga memberi anak-anak kita landasan yang aman, dan konsisten sehingga mereka dapat datang dan pergi dari rumah dengan perasaan aman dan tertambat.

Struktur yang dimaksud adalah keyakinan, peraturan, prinsip, sistem dan kebiasaan yang diterapkan dalam keluarga. Struktur ini akan mengalami tekanan, tarikan dan guncangan.; maka dia harus luwes. Jika sistem keluarga teratur tetapi lentur, anak-anak akan dapat berayun ketika menemui kejutan, keberhasilan, kegagalan, kedukaan, kegembiraan, dan kekecewaan hidup.

Merupakan hak istimewa anda kepada orang tua untuk membuat diri sendiri sebagai pusat struktur keluarga- yang tersusun dari nilai- nilai dan peraturan anda serta digerakkan oleh anda dengan tehnik anda, tetapi dapat meliuk dan bergerak sesuai dengan kebutuhan dan perubahan keluarga.

8. Jadilah cermin positif bagi anak anda

Sebagai peniru ulung, anak akan segera mencengangkan anda lantaran anda melihat ia melakukan banyak hal yang persis dengan yang anda lakukan. Maka berusaha menjagai ucapan, perbuatan dan ekspresi diri agar hanya mencontohkan kebaikan.

9. Lepaskan pergulatan yang menekan

Hari-hari yang kita lewati, penuh dengan kesibukan problema dan masalah. Keinginan, harapan dan kenyataan kadang menghadirkan stres tersendiri, mendatangkan kekhawatiran dan ketakutan. Menyadari taqdir Allah akan berlaku setelah kita berusaha dan berdo’a, akan membuat kita bertawakal. 

Ketika orang tua menyederhanakan luapan emosi dalam setiap riak kehidupan, anak akan mencerna: bagaimana mengambil ketenangan dan sikap bijaksana.

Kata-kata ajaib ini ditemukan Mimi Doe di meja kakeknya, entah dari siapa :

‘Rasa takut datang mengetuk pintu.

Keyakinan menjawab: “Tak ada orang di sana.”'

10. Jadilah setiap hari suatu awal yang baru

Secara biologis, setiap hari kita adalah manusia baru lantaran bertambah panjang kuku, rambut, pergantian kulit, tumbuhnya gigi dsb. Secara kejiwaan, kita dapat memancangkan dalam fikiran bahwa setiap hari baru akan ada hal-hal baru yang menyenangkan.

Demikian pula di akhir malam, menjelang tidur, kita luruhkan semua pengalaman negatif, beristighfar dan bertaubat. Sehingga esoknya, do’a bangun tidur adalah rasa syukur atas kedasaran terlahir baru lagi. “Alhamdulillahiladzi ahyana ba’dama amatana wailahinusyur.”

Ajak anak melakukan kebaikan baru, memulai hal yang baru dan membuat kebiasaan baru, setiap hari.

Dengan menjadi orang tua spiritual , harapan kita, anak makhluk spiritual sepanjang kehidupannya.

Bismillah, semoga dimudahkan oleh Allah untuk mewujudkannya.

Amiin.

Oleh: Ida Nur Laila

Post a Comment for "Spiritual Parenting"